Dwi Andhika Kena Mental, Hobi Naik Gunung Terpaksa Ditunda Akibat Sakit
14 November 2025, 12:58 WIB
Dwi Andhika terpaksa menunda hobi naik gunung akibat sakit. Kondisi fisik dan mentalnya ikut terdampak, membuatnya harus istirahat total sementara waktu.
Sakit parah yang baru saja dialami oleh Dwi Andhika tidak hanya berdampak pada fisiknya, tetapi juga pada kondisi mentalnya. Salah satu hal yang membuatnya merasa terpukul adalah karena ia harus menunda hobi yang sedang sangat ia gandrungi, yaitu naik gunung.
Akibat infeksi jaringan lunak yang terjadi di pahanya, dokter melarangnya untuk melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat, terutama yang melibatkan bagian bawah tubuh. Hal ini tentu menjadi pukulan berat baginya yang sedang bersemangat-semangatnya mendaki.
"Olahraga di bagian bawah ini enggak boleh di-push dulu karena takutnya jaringannya masih belum stabil gitu, belum bagus. Jadi kayaknya selama tiga bulan..." ucap Dwi Andhika saat ditemui di kawasan Jalan Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Baca berita lain tentang Dwi Andhika di Liputan6.com, yuk! Kalau bukan sekarang, KapanLagi?
Dwi Andhika mengaku bahwa larangan ini sangat mempengaruhi kondisi mentalnya. Ketika sedang jatuh cinta pada sebuah hobi, lalu tiba-tiba harus berhenti total, tentu menjadi sebuah ujian kesabaran yang berat.
Advertisement
"Padahal aku pengin naik gunung, lagi demen-demennya naik gunung. Asli, itu adalah salah satu yang kena di mental aku adalah ketika kita lagi suka sama suatu hobi gitu ya," jelasnya.
Sebelum jatuh sakit, Dwi Andhika memang sedang giat-giatnya berlatih fisik untuk persiapan pendakian. Beberapa gunung di Pulau Jawa seperti Prau dan Merbabu sudah masuk dalam daftar tujuannya.
Advertisement
"Aku lagi suka banget sama naik gunung, lagi suka banget sama latihan squat, lari gitu ya, eh tiba-tiba dikasih sakit. Jadi aku enggak bisa lari dulu, enggak bisa squat lagi dulu, apalagi naik gunung," tuturnya dengan nada sedikit kecewa.
Meski begitu, ia tetap berusaha untuk tetap aktif dengan melakukan latihan untuk bagian atas tubuh. "Jadi bolehnya cuma upper doang, bagian tangan sama dada aja," katanya.
Bagi Dwi Andhika, naik gunung bukan sekadar hobi, melainkan sebuah pencapaian personal yang penuh makna. Ia bahkan mengaku sering menangis haru saat berhasil mencapai puncak.
"Naik gunung itu adalah bukanlah sekadar cuma naik gunung doang. Itu adalah wah konsistennya kita, kerja kerasnya kita, usahanya kita sampai berjam-jam untuk nyampe ke summit ya," pungkasnya.